Langsung ke konten utama

BAB-5 PROSES LAHIRNYA DAN FASE-FASE PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH


BAB-5
PROSES LAHIRNYA DAN FASE-FASE PEMERINTAHAN BANI
ABBASIYAH

A.  Proses Lahirnya Bani Abbasiyah
            Lahirnya Bani Abbasiyah tahun 750 M, adalah peran besar dari keturunan Hasyim yang bernama Abu Abbas. Nama Abbasiyah yang dipakai untuk nama bani ini adalah diambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abbas bin Abdul Mutolib paman Nabi Muhammad SAW. Proses lahirnya Abbasiyah dimulai dari kemenangan Abu Abbas Assafah dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar as-safah karena dia pemberani dan dia mampu memainkan mata  pedangnya kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya diperangi dan dikejar-kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah yang baru direbut dari Bani Umayyah I.
            Berdirinya Bani Abbasiyah tahun 750 M berarti secara formal semua wilayah kekuasaan Islam berada di bawah pemerintahan Abbasiyah termasuk semua bekas wilayah Bani Umayyah I kecuali wilayah Bani Umayyah yang ada di Andalusia.
            Proses pengembangan peradaban yang dibangun oleh Bani Abbasiyah begitu cepat membawa perubahan besar bagi perkembangan peradaban ilmu pengetahuan selanjutnya. Berdiri Bani Abbasiyah selama t05tahun diperintah oleh 37 khalifah dengan mampu menciptakan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada saat itu, peradaban yang dikenang sepanjang masa. Pada waktu itu suasana belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan pemerintah dengan lengkap. Motivasi belajar menjadi penyogok gairahnya masyarakat untuk belajar. Mereka masyarakat mendatangi tempat-tempat belajar seperti kuttab, madrasah, maupun perguruan tinggi. Universitas yang terkenal pada saat itu adalah Nizamiyah yang dibangun oleh perdana Menteri Nizamul Muluk dari khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, baik belajar maupun dalam hal membangun fasilitas belajar seperti, sekolah, perpustakaan, menyediakan guru dan membentuk gerakan terjemahan.
            Abu Abbas Assafah sebagai pendiri Bani Abbasiyah masa kepemimpinannya sangat singkat, hanya 4 tahun beliau memerintah. Akan tetapi mampu menciptakan suasana dan kondisi Abbasiyah yang steril dari keturunan Bani Umayyah sebagai lawan politik yang baru dikalahkan dan dikuasainya. Sikap tegas dan pemberani yang ditunjukkan oleh khalifah Abu Abbas Assafah ketika membuat kebijakan pada saat berdirinya Bani Abbasiyah dengan berani memberantas semua keturunan Umayyah dari wilayah yang dikuasainya. Dampak dari kebijakan  tersebut dapat dilihat dari suasana pusat wilayah Abbasiyah yang baru menjadi kondusif  dan perkembangan peradaban dapat dikendalikan oleh khalifah Abu Abbas Assafah.
            Keberhasilan Abu Abbas menaklukkan Daulah Umayyah I ternyata mendapat dukungan besar dari tentara bayaran yang sengaja didatangkan oleh Abu Abbas, seperti Abu Muslim al-Khurasany. Abu Muslima adalah relawan kebangsaan Persia yang sengaja disewa oleh keluarga Abbasiyah untuk membantu menaklukkan kekuasaan  Bani Umayyah I.

B.  Fase-Fase Pemerintahan Bani Abbasiyah
            Pemerintahan Bani Abbasiyah yang berlangsung selama 505 tahun diperintah oleh 37 khalifah dapat diklasifikasikan menjadi 5 fase pemerintahan:   
1.    Fase Pembentukan tahun 750 M  - 847 M = 132 H – 232
               Disebut pengaruh persia pertama yaitu berlanjut dari kekuasaan khalifah pertama Abu Abbas Assafah tahun 750 M = 232 H. Abu Abbas Assafah dan Abu Ja’far al-Mansur khalifah pertama dan kedua disebut sebagai peletak pondasi yang kuat. Abu Abbas dengan sikap tegas dan beraninya mampu mengusir paksa semua bekas keturunan Muawiyah dari wilayah yang baru direbutnya dari kekuasaan Bani Umayyah, sehingga wilayah Islam Abbasiyah pada saat itu menjadi aman dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far al-Mansur dikenal sebagai penerus kebijakan khalifah pertama dengan merintis berdirinya baitul hikmah (perpustakaan). Abu Ja’far juga yang membuat kebijakan memindahkan ibu kota Abbasiyah dari Damaskus ke wilayah yang lebih luas dan jauh dari pengaruh Bani Umayyah I yaitu Baghdad di wilayah Persia.
          Khalifah Harun al-Rasyid, khalifah ke-5 membangun peradaban ilmu pengetahuan dengan menyediakan berbagai fasilitas pendidikan bagi masyarakat luas, mahasiswa, ulama atau para pencinta ilmu pengetahuan. Harun al-Rasyid membangun lembaga-lembaga pendidikan seperti kuttab, madrasah, dan perguruan tinggi seperti Universitas Nizamiyah, Universitas Naisabur, dan lainya. Mahasiswa, ulama, guru dan pemerhati ilmu pengetahuan yang ingin belajar dibayar oleh pemerintah dan disediakan tempat penginapan di dalam Baitul Hikmah yang dibangun dengan diameter yang sangat luas. Tercatat ada 3 khalifah yang berkuasa pada masa puncak dan kegemilangan peradaban Islam ini. Pada masa ini para pencari ilmu dari Eropa datang dari wilayah Inggris dan Prancis belajar dari Islam, mereka datang ke Andalusia, seperti di Toledo University, Sevilla University, Granada University dan Kordova University. Di Abbasiyah mereka datangi Nizamiyah University, Samarra University, Naisabury University. Mereka para pelajar dari Eropa itu belajar sambil mengamati suasana perkembangan ilmu pengetahuan seperti penulisan ilmu pengetahuan oleh ulama-ulama Islam, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan terutama baitul hikmah yang didirikan hampir disemua kota-kota kekuasaan Abbasiyah. Selesai dari belajar di kota-kota Islam mereka kemudian mengembangkan ilmu dan pengalaman belajar di kota-kota Islam dengan mendirikan lembaga pengkajian yang diberi nama House of Wisdom di Inggris dan Perancis.
          Kegiatan belajar yang menonjol lainnya adalah penerjemahan buku-buku Filsafat Yunani dan buku-buku Asing, dengan cara menyewa para ahli-ahli bahasa yang beragama Kristen dan penganut agama lainnya. Fase ini juga dikembangkan oleh khalifah Harun al-Rasyid sebagai wujud kepedulian sosial Bani Abbasiyah seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan Farmasi didirikan. Di kota Baghdad pada saat itu telah tersedia paling sedikit 800 orang dokter. Permandian-permandian umum juga dibangun sebagai sarana umum disediakan bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mempergunakan fasilitas-fasilitas tersebut secara bebas.
          Fase ini disebut dengan pengaruh Persia karena beberapa khalifah yang berkuasa berkebangsaan Persia, seperti al-Amin dan al-Makmun putra dari Harun al-Rasyid ibunya orang Persia dan beberapa khalifah lainnya.  Meskipun pada fase ini khalifah al-Muktasim mulai memberi peluang kepada bangsa Turki untuk berkiprah dalam pemerintahan Abbasiyah sebagai tentara pegawai khalifah dan pengawal istana.
2.    Fase kedua Tahun 232 H – 334 H = 847 M – 945 M
               Fase kedua ini dikenal dengan pengaruh kekuasaan Turki pertama. Fase ini dimulai dari khalifah kesepuluh al-Mutawakkil. Pada fase ini perkembangan peradaban masih bisa berkembang akan tetapi tidak sepesat seperti fase sebelumnya. Peradaban ilmu dan peradaban lainnya seperti membangun istana, masjid, dan kota masih tetap berjalan baik. Baru pada akhir abad ke-9 pada saat terjadi disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam menjadi wilayah-wilayah kecil yang lepas dan merdeka dari pemerintahan Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan Islam, pada waktu itu proses pengembangan peradaban mulai menurun, tetapi para pelajar dari Eropa masih berbondong-bondong belajar dipusat-pusat peradaban, baik di Baghdad maupun dikota-kota di Andalusia. Dalam hitungan para pakar sejarah, bahwa masa masih masuk dalam kejayaan peradaban Islam. Fase ini banyak pembesar Istana berasal dari bangsa Turki, terutama yang bekerja sebagai pengawal istana dan pengawal khalifah.
a.    Fase ketiga tahun 334 H – 447 H = 945 – 1055 M
               Fase pengaruh dinasti Bawaihi atau disebut juga pengaruh Persia fase ini dikenal dengan masa disintegrasi di kekuasaan dinasti Abbasiyah dan Muluk Tawaif di dinasti Umayyah II Andalusia. Wilayah-wilayah Jauh Abbasiyah seperti di Afrika Utara, dan di India minta merdeka dari Abbasiyah. Tuluniyah dan Fatimiyah di Mesir, serta Idrisi di Maroko dan Sabaktakim di India mengumumkan merdeka dan lepas dari kekuasaan pusat Abbasiyah. Pada fase ini perkembangan ilmu masih berjalan meskipun sudah menurun. Mahasiswa dari Eropa tetap masih berjalan di pusat-pusat peradaban Islam, baik di Baghdad maupun di Andalusia masih diramaikan dengan kegiatan belajar mengajar. Karya-karya monumental dari Muhammad al-Khawarizmi, al-gibra, al-jabar dalam bidang matematika dan logaritma serta karya ad Dawa, al-Qonun fil Tbb, Asy Syifa dari ilmuwan Umayyah Andalusia seperti Ibnu Sina, Ibnu Zuhr masih menjadi idola para pelajar Eropa untuk mempelajarinya.
b.    Fase keempat tahun 447 H – 590 H = tahun 1055 – 1194 M
                    Dalam sejarah fase keempat ini disebut dengan fase kekuasaan bani Saljuk atau dalam sejarah sering juga disebut juga dengan nama fase pengaruh Turki kedua. Kegiatan ilmu pengetahuan masih berjalan seperti yang dikembangkan oleh Bani Abbasiyah dan Umayyah di Andalusia, meskipun bersifat konservatif atau berjalan ditempat. Di wilayah Islam seperti Mesir telah berkobar perang Salib menghadapi kaum nasrani yang berlangsung selama 2 abad. Menarik untuk dicermati dalam sejarah bahwa orang-orang Nasrani pada waktu itu selain berperang dengan umat Islam dalam perang salib, mereka juga belajar si universitas-universitas Islam yang masih bertahan dengan proses belajar mengajar.
c.    Fase kelima tahun 590 H – 656 H = tahun 1194 M – 1258 M
                    Fase ini dikenal dengan sejarah perkembangan Islam sebagai fase lemah sampai fase hancurnya kekuasaan Islam Abbasiyah. Setelah terjadi disintegrasi dan perang salib dalam wilayah Islam, maka kekuasaan Islam Abbasiyah di Baghdad maupun kekuasaan Umayyah II di Andalusia semakin menurun. Bahkan pada tahun 1258 M Abbasiyah diserang oleh kekuasaan Mongol dengan membakar sekian ilmu pengetahuan serta membakar mati para ilmuwan Islam Abbasiyah dengan cara membakar perpustakaan, sekolah-sekolah serta membakar fasilitas-fasilitas umum. Selain itu, pusat peradaban Islam yang ada diwilayah Andalusia diserang dan dihancurkan oleh dua kerajaan Nasrani Aragon dan Castelia, maka lengkaplah kehancuran Islam pada fase ini. Kondisi peradaban Islam di Baghdad pada saat itu hancur lebur, dua sungai besar yang membelah kota Baghdad, Tigris dan Eufrat hitam beberapa lantaran dibuangnya abu pembakaran peradaban itu kedua sungai tersebut. Setelah kejadian tragis itu, maka kekuasaan Islam yang selama 5 abad lebih membangun peradaban dengan susah payah, telah takluk dan hancur binasa, suramlah peradaban Islam, lesulah wajah peradaban Islam dan berakhirlah kegemerlapan peradaban Islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB-3 PERKEMBANGAN PERADABAN BANI UMAYYAH I

BAB-3 PERKEMBANGAN PERADABAN BANI UMAYYAH I A.   Pembukuan Hadis Pada Masa Umar bin Abdul Aziz        Dengan pembukuan hadis pertama kali di cetuskan oleh khalifa umar bin abdul aziz pada awal abad ke 2 hijriyah. sebagai khalifa pada masa itu,  beliau memandang perlu untuk membukukan hadis. karena beliau menyadari bahwa semakin lama para perawi hadis banyak yang meninggal. apa bila Hadis - Hadis tersebut tidak di bukukan maka akan di khawatirkan akan lenyap dari permukaan bumi. di samping itu, timbulnya berbagai golongan yang bertikai dalam persoalan kekhalifahan menyebabkan ada nya kelompok yang membuat hadis palsu untuk menambah hasil pendapattan nya. penulis hadis yang pertama kali  dan terkenal pada masa itu adalah abu bakar muhammad ibnu muslimin ibnu syihab az zuhri.         Pentingnya pembukuan hadis tersebut mengundang para ulama untuk ikut serta berperan dalam meneliti dan menyeleksi dengan cermat kebenaran hadis - hadis.  penulisan hadis pada abad ini belum ad

BAB-2 KHALIFAH-KHALIFAH YANG TERKENAL DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH I

BAB-2 KHALIFAH-KHALIFAH YANG TERKENAL DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH I A.     14 Khalifah Bani Umayyah 1.     Khalifah Bani umayyah 1 : Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)         Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier. 2.       3.             Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 t