BAB-1
PROSES LAHIR DAN FASE-FASE
PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH I
A. Proses Lahirnya Bani
Abbasiyah
Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan bani
Umayyah, diman pendiri bani Abbasiyah adalah keturunan al-Abbas, paman nabi
Muhammad SAW yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali bin Abdullah ibn
al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya.
Ketika dinasti Umayyah berkuasa
bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai
melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi
pada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari
Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam,
yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang
bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena
tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar.
Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan
pembantaian terhadap seluruh bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang
telah berkuasa.
Orang-orang Abbasiyah, sebut saja
bani Abbas merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam,
sebab mereka adalah keturunan bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih
dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang-orang Umayyah secara paksa menguasai
kekhalifahan melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan
dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam bentuk
pemberontakan terhadap bani Umayyah.[1]
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan
dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam
Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah,
gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad.
Ibrahim tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran
sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan
untuk pindah ke Kufah dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid
bin Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu
Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali,
salah seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah
terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah
ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya
terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih
bin Ali, dengan demikian maka tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan
berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul
Abbas Ash-Shafah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kuffah.[2]
Abdullah bin Muhammad alias Abul
Al-Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M.
Dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di Masjid Kufah, ia menyebut dirinya
dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi
julukannya. Hal ini sebenarnya menjadi permulaan yang kurang baik diawal
berdirinya dinasti ini, dimana kekuatannya tergantung kepada pembunuhan yang ia
jadikan sebagai kebijaksanaan politiknya.
B.
Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah I Damaskus
Selama 92 tahun Bani Umayyah I berdiri dapat dibagi
menjadi beberapa fase pemerintahan, yaitu :
1. Fase berdiri atau fase pembentukan dan pembinaan,
dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662 M, sampai masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik ketika Islam masuk Eropa atau Andalusia yang
dibawa oleh Tariq bin Ziad tahun 711 M.
2. Fase Kemajuan, dimulai dari masa Sulaiman bin Abdul
Malik sampai masa Umar bin Abdul Azis khalifah yang ke 8 dari pemerintahan Bani
Umayyah I Damaskus. Pada fase ini Islam telah berkembang hampir di penjuru
dunia, di wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur Jauh.
3. Fase lemah sampai runtuh, dimulai dari masa kekuasaan
Yazid bin Abdul Malik yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti kedua
kakaknya Walid dan Sulaiman, karena pada saat diangkat beliau masih usia
anak-anak sampai terjadi pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun berjalan
yaitu khalifah ke-12 Yazid bin Walid dan ke-13 Ibrahim bin Walid. Kondisi ini
berlanjut sampai hancurnya pada tahun 132 H ketika khalifah terakhir (14)
Marwan bin Muhammad terbunuh dalam pertempuran al-Zab melewan keturunan Abasi
yang dipimpin oleh Abu Abbas Assafah.
C. Proses Berdirinya Bani
Umayyah
Proses penyusunan (konsolidasi)
kekuatan Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan
ketika ia menjabat gubernut Damaskus, di Syria selama lebih kurang 20 tahun.
Tetapi, proses pembentukan dinasti Bani Umayyah baru mulai dapat diwujudkan
secara nyata (de facto) ketika Muawiyah memperoleh kekuasaan dari
al-Hasan bin Ali pada tahun 41 H/661 M. Perolehan kekuasaan dan pelimpahan
wewenang itu dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan ‘Am al-jama’ah (tahun
bersatunya umat Islam) di Maskin, dekat Madain, Kufah pada tahun 41 H/661
M. Peristiwa penting dalam perjalanan sejarah umat Islam, karena umat
Islamtelah berada dalam satu kepemimpinan tunggal yaitu kepemimpinan Muawiyah
bin Abi Sufyan. Peristiwa itu ditandai dengan proses penyerahan kekuasaan (khalifah)
dari tangan al-Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan yang telah berkuasa
lebih kurang 6 bulan. Al-Hasan bin Ali melakukan sumpah setia dan mengakui
Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai pemimpin umat Islam. Pengakuan itu kemudian
diikuti oleh para pendukungnya di kota Kufah, Irak.
Meskipun kekuasaan al-Hasan bin Ali sangan singkat,
peristiwa itu mengandung makna yang sangat penting didalam proses perjalanan
panjang sejarah politik umat Islam karena masa-masa itu merupakan masa
peralihan dari pemerintahan khalifah yang bersifat demokratis menjadi
pemerintahan yang monarchi heridities, yaitu masa pemerintahan Bani
Umayyah (661-750M). Model atau sistem seperti ini kemudian dipakai oleh
pemerintahan Islam pada masa-masa sesudahnya, seperti Bani Abbas, Bani
Fathimiyah,Bani Umayyah di Spanyol dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses dan
sebab-sebab berdirinya dinasti Bani Umayyah adalah adanya keinginan dari
keluarga Bani Umayyah untuk menjadi penguasa atas dunia Islam dan menggungguli
suku-suku lain di Jazirah Arabia ketika itu. Berbagai cara dilakukan Muawiyah
bin Abi Sufyan dan para sekutunya guna memperoleh kekuasaan tersebut, baik pada
masa pemerintahan khulafaur Rasyidin, terutama pada masa pemerintahan Umar bin
al-Khattab, ketika ia diangkat menjadi gubernur di Syam dan Damaskus, Syria,
maupun pada masa-masa sesudahnya. Peluang besar untuk memperoleh kekuasaan itu
diperoleh ketika masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan, yang merupakan
klandari Bani Umayyah. Tetapi peluang besar dan benar-benar dapat dimanfaatkan
ketika al-Hasan bin Ali menjabat sebagai khalifah yang menggantikan kedudukan
ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Kesempatan inibenar-benar dimanfaatkan Muawiyah
bin Abi Sufyan dan para sekutunya untuk mempengaruhi umat Islam agar melakukan
penolakan atas kepemimpinan al-Hasan bin Ali. Usaha Muawiyah berhasil
mempengaruhi masa hingga akhirnya al-Hasan menyerahkan kekuasaan kepada
Muawiyah bin Abi Sufyan di Maskin pada tahun 41H/661 M. Dengan peralihan
kekuasaan itu, akhirnya secara de facto dan de jure, Muawiyah
menjadi khalifah Sebuah kedudukan politis yang sudah Lama dinanti-nantikan
keluarga Bani Umayyah.
Komentar
Posting Komentar